Blogger templates

Monday 5 November 2012

Growing Old/ Meniti Hari Tua

Hello everyone,

Before  I start with the latest blog today, I wish to extend my heartfelt sympathy towards those who were affected by Hurricane Sandy just about a week ago. No words can describe the terrible loss for those who had went through the ordeal. We can only pray for the best and hope everyone affected will be aided urgently to relief them from the aftermath of the disaster.
-----------
Next year I will be fifty. Half a century and a middle aged woman. I felt ancient. What to expect when one is fifty? Status, wealth or recognition. I have none. I am a nobody. What had I achieve during all those years?
Nothing to brag about except for experiences and bitter sweet memories that no man can take away from me. .
When we were young, everything looked promising. We looked forward to whatever life had to offer with full confidence and energetic force. We grabbed opportunities that came our way without much thinking.
Now as we grow older, everything looked grey. We lost much of the spontaneity that we possessed, we lost  the desire to become a better person and we lost that great vision that we once thought could be achieved.

I had once dreamt of becoming a singer, not just a singer. A great one at that. I wanted to be known all over the universe. I wish my voice were like Barbra Streisand or the great Whitney Houston. I thought of being a stowaway in one of the freighters that left this country and docked somewhere in America so that I could land myself a job as a singer in a jazz club or something similar. But that was so long ago when I was in my teens. Like I said earlier, everything looked promising when we were that age. We thought the world is at our feet and everything would come our way.

Then one day, we realized all the dreams we had before was nothing but a dream. We had to face reality like a true hero. All of a sudden, we became adult and later on parents. We were thrust with a huge load of responsibility that was piled upon our tiny shoulders. We had to give our all for the family. Everyday we would go out and try to do more for the family. Sometimes we pushed aside our pride and dignity in order to feed and care for them.
We soon lost our old bubbly self and cheerfulness and was replaced by a  strict-no nonsense person. We took life too seriously. We slowly forget how to enjoy and make ourselves happy. In our mind, we had to have lots of money to be accepted by society and thus secure us to be amongst the better people. At the same time children are our main priority and their education needed  a lot of attention and fund. How can we smile then?

As for me, now, today, I am a far relaxed person than I had ever been. I am so looking forward to my old age. I went through too many downs and turbulences in my life that old age looked like a sanctuary for me. I do not have to worry about wealth or recognition as I am content with what I have today. I do not have to worry about children as much as I used to. They would be on their own soon and that would leave me with some space to spend on my own. I looked forward when they would one day find a spouse and settle down and soon after that I will become a grandmother. I would grow old doing what I like the best, writing. I would also like to be a frequent mosque-attending person to spend my last few years there, as a way for me to thank Him for the great life He had bestowed upon me.
I want to grow old gracefully. I would never want to be a cranky, spiteful and bitter person towards life. It will only take away the sweetness of the old age that we were supposed to enjoy. Remember, when we came into this world, we have nothing. When we smile, the whole world smile. I want to leave this world that way. I am contented with what life had given me and I want to leave this world with a great feeling without harbouring any malicious thoughts towards anyone, bitter towards life or worse thinking that I haven't achieve  what I wanted in life.

My only wish is hopefully, one day, I would get a chance to perform Haj in Mecca and also to to visit my top of the list country, Turkey. Once I got this fulfilled, my life would be complete. A friend who knew me too well once asked me, "Don't you get angry at Him with everything that befall on you? You had went through a life that could be compiled into a book." I thought about it long and hard and it came down to this. Initially yes but when I looked around and I saw (people that I know) had went through their lives harder and worse than I did, I felt blessed. I appreciate life more than before. I still can stand on my own two feet, I am still capable of doing things on my own and I still have my family. That's all that matters to me.

Have a pleasant day and until then..
Rose
6th.Nov '12






Tahun depan usia saya akan meningkat setahun lagi dan saya akan menjadi lima puluh. Apa yang kita harapkan apabila menjangkau setengah abad? Status, kekayaan atau di kenali ramai? Saya tak ada satupun daripada ketiga-tiga itu. Saya tak punya apa. Apa yang telah saya capai sepanjang kehidupan saya itu? Tak ada apa yang boleh dibanggakan kecuali pengalaman yang dikutip sepanjang jalan dan juga kenangan, baik yang indah mahupun yang duka.

Semasa muda, segalanya nampak indah dan menjanjikan sesuatu buat kita. Kita ternanti-nanti dengan apa yang bakal diterima dengan penuh keyakinan dan semangat yang kuat. Kita merebut peluang yang datang tanpa berfikir panjang.
Sekarang, apabila usia dah meningkat, segalanya nampak pudar, tak berwarna warni lagi. Kita hilang sifat spontan yang kita ada dulu, kita hilang kemahuan untuk menjadi seorang yang lebih baik daripada sebelumnya and kita hilang wawasan yang satu ketika dulu kita anggap akan tercapai.

Dulu saya teringin nak jadi penyanyi. Bukan calang-calang penyanyi. Saya inginkan suara macam Barbra Streisand ataupun Whitney Houston. Saya nak mengembara ke Amerika dengan sembunyi didalam mana-mana kapal yang menuju kesana. Sesampai disana bolehlah saya menyanyi dikelab-kelab jazz yang bertaburan di sana sini. Tapi itu dah lebih 30 tahun punya impian dan alhamdulillah hasrat saya tak kesampaian sebab kalau tidak, sekarang saya ni entah-entah rambut dah karat, pakai baju macam tak cukup kain, cakap melayu dah bunyi mat salleh dan yang paling teruk bab-bab agama dah tak tahu langsung agaknya.
Kemudian, satu hari, saya tersedar, impian hanyalah impian. Kita harus menerima kenyataan yang kita berada di alam nyata. Dengan tiba-tiba, saya menjadi dewasa dan seterusnya menjadi ibubapa. Saya terpaksa memikul tanggungjawab yang amat berat yang harus dilalui oleh setiap ibubapa. Setiap hari kita (sebagai ibubapa) keluar mencari rezeki mengharapkan yang hari itu akan menjadi hari terbaik kita. Kekadang kita tolak sebelah perasaan malu demi mencari sesuap nasi.

Daripada seorang yang ceria dan periang, kita menjadi seorang yang tak tahu nak senyum, yang cepat marah dan terburu-buru. Kita menjadi terlalu serius dan kita juga juga dah lupa cara nak bergembira atau menghiburkan hati kita sendiri. Semua yang kita lakukan hanya untuk keluarga dan anak-anak. Kalau tak percaya apa yang saya tulis ni, cuba cek lain kali kalau ke shopping mall, kita teringin nak beli baju untuk diri sendiri, tiba-tiba saja kita melencong ketempat lain sebab nampak ada sesuatu yang sepadan dengan anak atau suami kita. Hasrat hati nak beli untuk diri sendiri tapi sebaliknya untuk famili. Rasanya ramai ibu-ibu yang macam tu.
Ramai di antara kita sekarang yang rasa kita perlukan duit yang banyak untuk diterima oleh masyarakat. Kita mahu diterima dan menjadi sebahagian oleh golongan tertentu didalam circle mereka. Kita lupa dengan mencuba lebih dari keupayaan kita, kita meletakkan diri didalam keadaan yang menyulitkan. Seharusnya kita terima seadanya dan jangan terlalu mencuba lebih dari yang kita mampu.

Sekarang, hari ini, saya bahagia dengan kehidupan saya. Saya telah lalui banyak kepayahan dan perit hidup tapi saya tak pernah menyesal walaupun sikit. Saya bersyukur ke hadrat Ilahi kerana memilih saya menjadi apa yang dimahukanNya dengan segala ujian yang diberikan pada saya, membuatkan saya melihat keadaan sekeliling dengan lebih rasa syukur dengan apa yang saya ada.
Sekarang tanggungjawab saya dah semakin berkurang memandangkan anak-anak dah semakin dewasa. Saya punya lebih masa untuk diri sendiri. Saya ingin melakukan perkara yang paling saya minat, menulis.
Saya juga ingin menghabiskan lebih masa dengan mendekatkan diri kepadanya, Insyaallah. Dah terlalu lama saya menghabiskan masa dengan melebihkan duniawi, rasanya inilah masa yang terbaik untuk mendekatkan diri padaNya pulak. Baru tersedar diri dah tua. Nasib baik sedar juga ya!

Saya juga nak jadi tua dengan sebaik-baiknya. Saya tidak mahu mencari orang tua yang cerewit, yang selalu mencari kesalahan orang lain, yang selalu tidak berpuas hati dengan keadaan disekelilingnya. Saya harap satu hari nanti impian saya yang satu ni akan tercapai. Menjejakkan kaki ke Mekah dan melawat Turki sebagai salah satu negara yang paling ingin saya lawati. Manalah tahu, satu hari sampai jugak saya kesana.
Dengan itu sudah cukup quota dalam hidup saya. Saya dah tak mahu minta apa-apa kecuali keselamatan dan kesejahteraan anak-anak dan suami juga doa saya buat semua diluar sana. Semoga kita selalu didalam keadaan yang selamat dan diberkatiNya. Insyaallah..

Sekian untuk hari ni. Wassalam.

3 comments:

  1. Penulisan yang penuh bermakna untuk orang-orang tua.Jadilah orang tua yang meniti usia dengan cemerlang dan tidak bergantung harap pada orang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih zunaidi sbb sudi membaca tulisan saya..

      Delete
  2. Penulisan yang penuh bermakna untuk orang-orang tua.Jadilah orang tua yang meniti usia dengan cemerlang dan tidak bergantung harap pada orang lain.

    ReplyDelete